Beranda | Artikel
Menjadi Pengikut Rasulullah Yang Sejati
Jumat, 15 Januari 2021

Menjadi Pengikut Rasulullah Yang Sejati ini merupakan rekaman khutbah Jum’at yang disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. di Masjid Al-Barkah, Komplek Rodja, Kp. Tengah, Cileungsi, Bogor, pada Jum’at, 1 Jumadill Akhir 1442 H / 15 Januari 2021 M.

Khutbah Pertama – Menjadi Pengikut Rasulullah Yang Sejati

إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه
قال الله تعالى فى كتابه الكريم، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
وقال تعالى، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا
يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
أَمَّا بَعْدُ، فإِنَّ أَصَدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ، وَأَحْسَنَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلالَةٌ ، وَكُلَّ ضَلالَةٍ فِي النَّارِ

Ummatal Islam,

Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memerintahkan kaum Mukminin untuk senantiasa menaati Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Karena sesungguhnya ia adalah merupakan utusan Allah yang barangsiapa mengikutinya, ia akan bahagia. Dan siapa yang menaatinya pasti masuk surga. Sebaliknya, siapapun yang memaksiatinya, maka ia pasti masuk ke dalam api neraka.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah mengabarkan bahwa umat Islam seluruhnya masuk surga kecuali yang tidak mau masuk surga. Rasulullah bersabda:

كُلُّ أُمَّتِي يدْخُلُونَ الْجنَّةَ إِلاَّ مَنْ أَبِي

“Semua umatku pasti masuk surga -kata Rasulullah- kecuali yang tidak mau masuk surga.”

Lalu para sahabat bertanya:

وَمَنْ يَأَبى يَا رَسُول اللَّه؟

“Siapa yang tidak mau masuk surga Ya Rasulullah?”

Kata Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

منْ أَطَاعَنِي دَخَلَ الجنَّةَ، ومنْ عصَانِي فَقَدْ أَبِي

“Siapa yang menaatiku, pasti masuk surga. Dan siapa yang memaksiatiku, maka ia tidak mau masuk ke dalam surga.”

Maka saudara-saudaraku seiman, siapapun di antara kita yang ingin masuk surga, kewajiban kita adalah menaati Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Namun tentunya saudaraku, tidak mungkin kita bisa menaati Rasulullah apabila hawa nafsu kita masih menguasai diri kita. Tidak mungkin kita bisa menaati Rasulullah, apabila kita masih menaati syahwat-syahwat kita, tidak mungkin kita bisa menaati Rasulullah apabila kita lebih mendewakan akal dan pemikiran kita, tidak mungkin seorang hamba menjadi orang yang taat kepada Rasulullah kecuali apabila ia benar-benar taslim, menyerahkan dirinya sepenuhnya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, siap untuk diatur oleh Allah dan RasulNya.

Adapun orang yang masih dikuasai hawa nafsunya, yang masih mengikuti syahwatnya, yang masih mengedepankan pemikiran dan mengedepankan pendapatnya daripada pendapat Allah dan RasulNya, ia tidak mungkin selama-lamanya bisa menjadi pengikut Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Oleh karena itulah Allah bersumpah, Allah berfirman:

فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّىٰ يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنفُسِهِمْ حَرَجًا مِّمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

Tidak demi Rabbmu, mereka tidak beriman sampai mereka menjadikan engkau (Wahai Muhammad) sebagai hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan. Kemudian mereka tidak merasa berat untuk menerima keputusanmu dan mereka taslim (menyerahkan diri dengan sebenar-benar penyerahan).” (QS. An-Nisa`[4]: 65)

Di sini Allah menyebutkan bahwasanya mereka tidak beriman sampai mereka memenuhi tiga syarat-syarat. Syarat yang pertama, menjadikan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sebagai hakim dalam perkara yang kita perselisihkan. Syarat yang kedua, menerima keputusan Rasulullah bukan dengan hati yang berat, tapi dengan penuh kegembiraan. Dan yang ketiga kita taslim, yaitu menyerahkan diri kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan mengikuti dengan hati yang penuh ridha terhadap semua yang Rasulullah perintahkan kepada kita.

Makanya seorang hamba tidak mungkin menjadi pengikut Rasulullah yang sejati apabila ia masih mengedepankan kehidupan dunia daripada kehidupan akhiratnya. Apabila yang ia pikirkan hanya sebatas kesenangan dunia dan syahwatnya, ia tidak akan mungkin menjadi pengikut Rasulillah yang sejati. Karena perintah-perintah Rasulullah seringkali bertabrakan dengan kepentingan dunia kita. Larangan-larangan seringkali sesuai dengan syahwat kita. Sehingga tidak aneh apabila ada orang berkata: “Mengapa agama ini berat sekali? Ini dilarang, itu haram, itu tidak boleh,” mengapa dia berkata demikian? Karena ia masih mengikuti syahwatnya, karena ia masih mengikuti hawa nafsunya.

Berbeda dengan orang yang siap diatur oleh Allah dan RasulNya. Ketika ia mendengar perintah, dia berkata: “Sami’na wa atha’na (kami mendengar dan kami taat).” Ketika ia mendengar larangan, ia berkata “Sami’na wa atha’na (kami mendengar dan kami taat).” Ia yakin bahwa perintah Allah pasti maslahat, ia yakin bahwasanya larangan Allah pasti mudharat. Sehingga ia sebagai seorang hamba yang sejati kepada Allah, ia senantiasa tunduk kepada perintah Allah dan RasulNya. Merekalah orang-orang yang bisa mengikuti Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Adapun orang yang masih mengedepankan hawa nafsunya, ia akan pilah-pilih perintah Rasulullah. Mana yang sesuai dengan seleranya, maka dia ikuti. Adapun kalau tidak sesuai dengan seleranya, maka ia tidak mau ikuti. Sehingga akhirnya agamanya ia mainkan sesuai dengan keinginan hawa nafsunya. Bahkan ia ingin bahwasanya agamanya bisa diubah-ubah sesuai dengan keinginannya. Maka merekalah orang yang paling sesat di dunia. Allah mengatakan:

وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنِ اتَّبَعَ هَوَاهُ بِغَيْرِ هُدًى مِّنَ اللَّـهِ

Siapakah orang yang paling sesat dari orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tanpa petunjuk dari Allah Subhanahu wa Ta’ala?” (QS. Al-Qasas[28]: 50)

Kita dalam beragama, saudaraku.. Bukan sesuai dengan selera dan hawa nafsu kita. Kita dalam beragama, saudaraku.. Kita mengikuti seluruh apa yang Allah perintahkan kepada kita dan tinggalkan semua yang dilarang oleh Allah dan RasulNya. Jika demikian, berarti kita telah masuk Islam secara kaffah, kita telah masuk Islam secara keseluruhan. Allah mengatakan:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً…

Wahai orang-orang yang beriman, masuk lah kalian ke dalam Islam secara kaffah (secara sempurna, bukan sebagian-sebagian, bukan dipilah-pilah sesuai dengan keinginan dan hawa nafsu kita).” (QS. Al-Baqarah[2]: 208)

Itulah kebahagiaan, siapapun hamba yang mau menyebarkan dirinya untuk menaati Allah dan RasulNya, siapapun hamba yang mau sabar untuk meninggalkan laranganNya, ia pasti akan bahagia di dunia dan akhiratnya.

أقول قولي هذا واستغفر الله لي ولكم

Khutbah Kedua – Menjadi Pengikut Rasulullah Yang Sejati

الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله، نبينا محمد و آله وصحبه ومن والاه، أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أنَّ محمّداً عبده ورسولهُ

Ummatal Islam,

Tidak mungkin seorang hamba menjadi pengikut Rasulullah yang sejati kecuali apabila ia benar-benar taslim, menyerahkan dirinya kepada Allah dan RasulNya. Dan tidak mungkin seorang hamba taslim kecuali apabila ia benar-benar hanya mengharapkan kehidupan akhirat saja.

Oleh karena itulah Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan bahwasanya orang-orang yang mengharapkan kehidupan akhirat saja yang bisa menjadi Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sebagai suri tauladan. Allah berfirman:

لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّـهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّـهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّـهَ كَثِيرًا ﴿٢١﴾

Sungguh telah ada pada diri Rasulullah suri tauladan yang baik,” Tapi buat siapa?

لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّـهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّـهَ كَثِيرًا

Bagi orang yang mengharapkan Allah dan kehidupan akhirat dan banyak mengingat Allah.” (QS. Al-Ahzab[33]: 21)

Adapun orang yang mengharapkan dunia dan syahwatnya, mengharapkan dunia dan gemerlapnya, ia tidak akan mungkin menjadikan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sebagai suri tauladan dalam hidupnya.

Maka setiap kita bertanya, apakah kita sudah menjadikan Rasulullah sebagai suri tauladan dalam hidup kita, dalam aqidah kita, dalam ibadah kita, dalam muamalah kita? Apabila belum, berarti kita masih mengharapkan kehidupan dunia, berarti masih kita mengharapkan kesenangan dunia dan mengharapkan kehidupan akhirat ternyata masih sirna di hati kita.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ، فَيَا قَاضِيَ الحَاجَات

اللهم أشفي مرضى المسلمين يا رب العالمين

اللهم أرفع عنا هذا الوباء يا رب العالمين

اللهم أعز الإسلام والمسلمين

اللهم انصر المسلمين في كل مكان يا رب العالمين

اللهم تب علينا إنك أنت التواب الرحيم

اَللَّهُمَّ آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

Download mp3 Khutbah Jumat

Jangan lupa untuk ikut membagikan link download “Menjadi Pengikut Rasulullah Yang Sejati” ini kepada saudara Muslimin kita baik itu melalui Facebook, Twitter, atau yang lainnya. Semoga menjadi pembukan pintu kebaikan bagi kita semua.


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/49651-menjadi-pengikut-rasulullah-yang-sejati/